TSWpGUA9Tfd6GUO7GprpGSM7Td==

Incumbent Vs Koalisi Gemuk (Plus Kultur), Siapa Menang ?

Pengamat Politik, Arif Ma’ruf Riscahyono.

Oleh: Arif Ma’ruf Riscahyono | Pengamat Politik

"Politik itu seni kemungkinan..."

Pemilihan kepala daerah secara langsung sejatinya merupakan ruang kompetisi terbuka bagi setiap warga negara untuk tampil mengisi ruang kepemimpinan publik. Dalam pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Situbondo terdapat dua pasangan calon yakni nomor urut 01 Yusuf Rio Wahyu Prayogo dan Ulfiyah (Rio-Ulfi), dan pasangan calon nomor urut 02 Karna Suswandi dan Nyai Khoirani (Karna-Nyai Khoi) yang merupakan pasangan incumbent. Kedua pasangan calon kepala daerah tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing baik secara pribadi maupun dari partai pengusungnya.

Koalisi Partai Pengusung-Pendukung

Di atas kertas, pasangan calon nomor urut 01, Rio-Ulfi, adalah kandidat terkuat dibanding pasangan incumbent 02, Karna-Nyai Khoi dalam Pilkada Situbondo 2024. Setidaknya ada beberapa faktor yang menjadi dasar perhitungannya. Pertama, pasangan 01, diusung dan didukung partai pemilik 35 kursi di DPRD Situbondo. Itu setara dengan 77% lebih dukungan, belum lagi dukungan partai non parlemen.

Kedua, pasangan 01 didukung oleh dua kutub kultur yang selama ini selalu menjadi pemenang Pilkada ketika keduanya tidak bersatu. Selama era pemilihan langsung, pemenang Pilkada selalu yang didukung salah satu kutub kultur yang afiliasi politiknya ke PKB (tengah) atau PPP (timur).

Ketiga, status incumbent (Karna) sebagai tersangka oleh KPK, bisa jadi akan menggerus elektabilitas dan kredibilitasnya. Keempat, sepertinya kutub kultural ketiga (barat), juga mendukung 01. Ini bisa ditandai dari banyaknya pentolan kultur kutub barat Situbondo bergerak bersama pasangan 01.

Situasi dan Kondisi di Lapangan

Meskipun di atas kertas pasangan calon nomor urut 01, Rio-Ulfi memiliki potensi menang lebih besar, lantas bagaimana peluang incumbent atau pasangan calon nomor urut 02, Karna-Nyai Khoi di lapangan?

Menurut penulis, ada beberapa kondisi di lapangan yang bisa memporak-porandakan keunggulan di atas kertas pasangan 01. Pertama, dukungan parpol terhadap 01, tampaknya tidak selalu sejalan dengan dukungan pemilihnya di akar rumput. Dengan kata lain, partai pengusung maupun pendukung, tidak solid. Maka jangan heran jika misalnya ada pertemuan rahasia antara kader PPP dan Pak Karna. Atau jika ada pengurus partai pengusung dan pendukung 01, yang menjadi tim sukses pasangan 02. Tentu saja mereka bergerilya meski hampir pasti dengan sepengetahuan pengurusnya.

Fakta ini akan semakin membuat pasangan 01 berat ketika akomodasi untuk partai-partai, tidak seperti yang diharapkan. Tidak bisa pasangan calon mengandalkan perolehan suara partai dalam caleg lalu. Pileg adalah satu hal, pilkada adalah hal lain. Caleg memodali dirinya sampai berhutang ke mana-mana untuk mendapat kursi DPRD. Dalam Pilkada, tidak mungkin caleg membantu berkorban membiayai pasangan calon. Maka ketika akomodasi macet, macet pula suara.

Kedua, ada kecenderungan, sikap kultur dalam politik, sudah diabaikan masyarakat. Dalam Pilpres 2024, yang di Kabupaten Situbondo didukung 2 kutub kultur, terkapar oleh capres yang didukung incumbent. Bukan tak mungkin incumbent beck to beck mengalahkan calon yang didukung kultur.

Ketiga, terkait status tersangka Pak Karna, ternyata di lapangan tidak terlalu signifikan mempengaruhi elektabilitasnya meski sudah dieksploitasi sedemikian rupa. Fakta itu kemungkinan karena sikap Pak Karna yang layaknya seorang petarung.

Bayangkan saja, ketika ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK, beberapa partai yang sejak awal mendukung, berubah haluan. Partai Golkar dan PDIP misalnya. Bukan hanya itu, partai pengusung sempat mendesak agar Pak Karna mundur melalui mekanisme tes kesehatan. Tapi Pak Karna tetap bersikeras maju dan mengunci kontestasi dengan aturan tidak boleh diganti dan tak bisa dukungan dicabut.

Status tersangka Karna, Apakah Berpengaruh ?

Sampai di sini, banyak orang mengira dengan status tersangka, Pak Karna akan kehilangan pamor. Nyatanya program-programnya dianggap berhasil oleh banyak akar rumput. Program sehati misalnya dianggap sangat membantu masyarakat miskin.

Dan keunggulan incumbent sejak dulu, terbantu dengan program bansos. Yang terakhir ini mungkin yang tak dimiliki pasangan 01.

Keunggulan Pak Karna semakin sempurna dengan pergerakan Nyai Khoi. Simpati masyarakat semakin besar ketika wanita yang rendah hati ini direndahkan oleh seorang tokoh 01. Maka bisa dikatakan, wilayah barat yang notabene asal Nyai Khoi diperkirakan akan menyumbang suara yang sangat signifikan bagi 02. Bukankah simpati akan selalu mengalir pada pihak yang didholimi?

Pertarungan yang sesungguhnya akan terjadi di wilayah tengah dan timur. Siapapun pemenangnya, diperkirakan hanya akan menang tipis di dua wilayah ini.

Dan seperti sering dikatakan politisi, politik itu seni kemungkinan. Tugas incumbent tanggal 27 November 2024 membuat yang impossible menjadi possible. Membuat dukungan 23% menjadi 51% sampai 55%. Jika itu terjadi, lima tahun lagi, PPP dan PKB sepertinya harus mengajukan calon sendiri-sendiri. Setuju?

0Komentar