Abd. Rahman Saleh, Dosen Universitas Ibrahimy Sukorejo Situbondo |
Oleh: Abd. Rahman Saleh*
Bagi meraka yang berpuasa dengan prilaku puasa yang amanah yang tidak tercibir dengan hal-hal yang membatalkan puasa, Janji Allah surgalah tempatnya.
Sejarah ramadhan adalah sejarah peradaban islam. Islam yang dibawa oleh Kanjeng Nabi Muhammad SAW mengajarkan bulan suci ramadhan untuk menahan segala amarah , menahan makan dan minum dan menahan segala bentuk yang dilarang oleh agama. Puasa ramadhan identiik dengan tidak makan dan minum. Tapi sebenarnya bukan itu saja yang terkandung dalam puasa. Puasa mengajarkan untuk tirakat diri dan menerpa diri bagaimana perihnya tidak makan. Ini sebagai simbol agar tatanan dan jatidiri tahu akan kemiskinan. Bagaimana susahnya orang miskin yang tidak makan dan susah untuk mencari makan.
Ramadhan sebagai sikap untuk berprilaku sosial yang baik. Tidak saling menghina dan tidak saling mencela. Karena sikap yang demikian adalah sebagai pembatal puasa. Dengan puasa segala hal yang jelek pokoknya disingkirkan dari prilaku diri kita. Ibadah puasa Allahlah yang menilai langsung segala hal dalam sikap puasa. Prilaku hedonisme sebelum puasa haruslah dihilangkan karena dalam puasa mengajarkan kesabaran dan menahan segala nafsu keinginan yang berlebihan. Cukupkanlah dengan kehidupan dan prilaku kehidupan apa adanya sebagai rohnya ramadhan dan puasa.
Kedatangan bulan suci ramadhan sambutlah dengan suka cita. Sambutlah dengan senyum dan kebahagian. Allah telah memberi ruang dibulan suci ramdhan yakni sebaik-baiknya bulan diantara bulan lainnya. Bagi meraka yang berpuasa dengan prilaku puasa yang amanah yang tidak tercibir dengan hal-hal yang membatalkan puasa. Janji Allah surgalah tempatnya. Puasa hanya diperuntukkan bagi orang yang bertaqwa maka orang yang tidak bertaqwa tidak ada kewajiban untuk berpuasa. Ukuran taqwa tentu adalah ukur diri bagi kita semuanya. Apakah kita telah melaksanakan rukun islam dan telah melaksanakan pula rukun iman. Itulah cerminan orang bertaqwa yang diberi kewajiban untuk melaksanakan ibadah puasa.
Memyambuat ramadhan dengan senyum kebahagian dan senyum keihlasan untuk melaksanakannya sebagai roh jiwa diri kita bahwa diri kita benar benar taqwa. Singkirkan segala bentuk pola pikir yang selama ini tidak berbuat baik . Kesempatan dibulan suci ramadhanlah untuk memulai berbuat baik. Bagi yang tidak pernah beramal mulailah dibulan suci ramadhan untuk beramal kebaikan. Lakukan tafakkur diri dan menata diri selama ramadhan sebagai ajang kontemplasi dan intropeksi diri.
Semyum ramadhan tidak lain sebgai sikap batin akan keterikatan emosional ummat islam kepada kanjeng nabi Muhammad SAW. Bagaimanapun ajaran puasa ramdhan adalah diajarkan dan dituntunkan oleh Kajnjeng Nabi. Kanjeng nabi memberikan pedoman bagaimana cara berpuasa dan bagaimana menhindari hal –hal yang membatalkan puasa. Sikap diri dan coteran prilaku hitam selama ini harus dihapus dan diredupkan di bulan suci ramdhan ini sebagai komtemplasi diri.
Melihat tata prilaku penyambutan ramdhan sudah menjadi tradisi ummat islam yang ada di Indonesia yakni siarah kubur. Siarah kubur tidak lain mengingat akan kematian dan mengenang para pendahulu kita yang telah tiada. Penyambutan ramdhan yang demikian sebagai bentuk kegembiraan dan kesenangan menyambut datangnya ramadhan. Agama mengajarkan selama ramadhan maka roh para leluhur kita dibebaskan dari siksa yang diberikan oleh Allah.
Menjadikan ramdahan sebagai ajang untuk memberikan ruang kepada jatidiri yang mumpuni yang tidak lain demi kebaikan selama didunia begitu juga diakhirat . Banyaknya masyarakat muslim di Indonesia yang menyambut ramdhan dengan penuh kebahagiaan tidak lain sebagai bentuk kecintaan akan kepada bulan suci ramdhan .
Muda mudahan dengan senyum kebahagian menyambut ramdhan 1445 H akan memakani diri kita untuk menjadi jatidiri yang baik dengan prilaku sikap baik. Dengan tujuan agar tidak ada prilaku kehidupan kita yang terkontaminasi dengan sikap yang tidak baik. Semoga.
Abd. Rahman Saleh, Dosen Universitas Ibrahimy Sukorejo Situbondo
0Komentar