TSWpGUA9Tfd6GUO7GprpGSM7Td==

Pilpres 2024: Segarnya Politik Akar Rumput dan Gaya Komunikasi Politik Ala Pak De

Ilustrasi Politik Grassroot atau Politik Akar Rumput. (Kutipantau.com)

Oleh : Wisnu Bangun Saptro, S. I.Kom*

Dalam perkembangan perilaku manusia proses mengamati dan meniru adalah hal yang penting dalam berinteraksi dengan orang lain. (Albert Bandura, Teori Perubahan Sosial)

Selama kampanye pemilu 2024, khususnya pemilihan presiden (pilpres), banyak kita jumpai manuver atau gerakan politik yang dilakukan oleh setiap pasangan calon (Paslon) untuk menarik simpati dan empati masyarakat. Kegiatan yang bertujuan untuk meraup suara sebanyak-banyaknya itu dilakukan baik oleh paslon calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres) 01 hingga paslon 03. Tidak jarang hal tersebut sering kali menimbulkan kehebohan dalam respon masyakarat.

Dalam komunikasi politik perlu dipahami bahwa aspek meniru atau imitation adalah bentuk dari pembelajaran yang paling efektif, namun seringkali hal tersebut diabaikan dalam gerakan politik jika tidak sesuai dengan pandangan elit partainya serta faktor gengsi elit politik. Bahkan, dalam teori perubahan sosial, Albert Bandura menyebutkan bahwa dalam perkembangan perilaku manusia proses mengamati dan meniru adalah hal yang penting dalam berinteraksi dengan orang lain.

Grassroot atau masyarakat ditngkat bawah bisa jadi memiliki persepsi yang berbeda dalam melihat realita permukaan yang berbeda dengan manuver yang dilakukan setiap paslon. Jika strategi komunikasi politik yang ditentukan tidak tepat maka akan berdampak pada perolehan suara yang didapat, sebab, disepakati atau tidak suara grassroot dalam pemilu sangat menentukan dan berarti.

Kampanye pemilu 2024 menyuguhkan variasi atraksi politik paslon memiliki ciri khas komunikasi politik masing-masing yang melekat pada masyarakat atau publik, dalam teori komunikasi hal tersebut disebut Labeling yaitu pemberian cap atau label kepada seseorang oleh masyarakat berdasarkan perilaku yang dilakukan secara terus menerus.

Politik Akar Rumput (Grassroot) pada Pemilu 2024

Politik akar rumput bukan saja mengenai urusan politik yang bersifat elektoral namun dalam konteks ini juga berbicara soal corak perilaku mereka atas apa yang dialaminya.

Politik akar rumput atau politik masyarakat kelas bawa, merupakan politik yang dibentuk dari kondisi sehari-hari atas apa yang mereka alami dalam kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik, dan pembangunan. Politik akar rumput bukan saja mengenai urusan politik yang bersifat elektoral namun dalam konteks ini juga berbicara soal corak perilaku mereka atas apa yang dialaminya.

Seyogyanya, politik akar rumput harulah berdiri dan merangkul elemen-elemen masyarakat yang termajinalkan serta terintimidasi oleh sebuah kebijakan yang dibuat hanya untuk kepentingan kalangan atas, sehingga untuk memasuki dan turut menyampaikan kepentingannya, kalangan bawah hanya bisa protes dengan cara mereka sendiri dan pada pemilu 2024 inilah kiranya menjadi momentum yang tepat untuk kalangan bawah.

Kontestasi pemilu 2024 yang mempertarungkan 3 pasang orang diimana ketiganya sama-sama pernah berada di dalam lingkungan kekuasaan istana pada jaman kepimpinan presiden Joko Widodo, pada Paslon 01 Anies Baswedan merupakan seoang akademisi, mantan rektor universitas paramadina ini juga yang pernah menjabat sebagau Gubernur DKI Jakart dan juga pernah menjadi Menteri pendidikan sedangkan Muhaimin Iskandar selain sebagai Ketua Umum Partai berlambang kabah, juga merupkan orang yang dikenal dekat dengan presiden Jokowi. Paslon 02 yang dinakodai Prabowo merupakan rival presiden jokowi selama 2 periode berturut-turut namun akhirnya menurunan egonya dengan masuk koalisi sebagai menteri pertahanan, Sedangkan Gibran merupakan putra pertama jokowi dan pernah menjabat sebagai walikota Solo dan seringkali masyarkat menilai karakter perilaku Gibran mirip dengan "Bapaknya". Paslon 03 yang diusung oleh parta berlogo banteng dan ciriikhas warna merah cerahnya ini disebut-sebut sebagai paslon penguasa, dimana Ganjar sebagai Capres merpakan petugas partai yang terkenal militan, mantan Gubernur Jawa Tengah ini merupakan aktivis GMNI dan Politisi Partai Banteng yang rekam jejaknya dikenal sebaggai Gubernur anti suap dan korupsi, begitu juga dengn cawapresnya Mahfud MD merupakan menteri mekopolhukam andalan Jokowi, mahfud pernah menjadi ketua MK yang terkanal garang dan tidak pandang bulu.

Dari ketiga pasangan tersebut, kalangan bawah sempat merasa kebingungan untuk menentukan sikap karena semuanya merupakan bagian dari elite penguasa sehingga menganggap tidak akan merangkul mereka, hal ini dibuktikan elektablitas atau kepercayaan masyarakat kepada ketiga paslon tersebut saling bersalipan. Hingga saat waktu kampanye dan debat paslon gassroot sepertinya telah menentukan pilihannya, yang jelas kepada yang dianggap senasib dan menjadi cerminan kalangan bawah. Jika sudah menentukan maka sulit untuk merubah politik grassroot membelot dari pilihannya, bahkan dengan uang sekalipun.

Lantas paslon mana yang mencerminkan, sebagai seorang yang ditindas, teritimidasi serta termajinalkan serta perilakunya mirip dengan kalangan bawah ?. Kita amati bersama, Paslon 01 selalu melekatkan dirinya dengan budaya kultur yaitu agama sebagai jargon kampanyenya yaitu "Amin" bahkan saat debat selalu menyerang kepada pribadi bukan subtansi. Paslon 02 dengan "gemoy" melatakan dirinya ditengah-tengah agar terkesan merakryat, apalagi dengan penampilan cawapresnya, saat debat pun banyak kejenakaan yang dilakukan yang dilihat sudut pandang politik tidak beretika dan konyol. paslon 03 dimasyarakat dikenal sebagai paslon "kaku" yang tegas dalam berpolitik, bahkan saat debat tidak selalu tampak serius dan membawa isu-isu serius di masa lalu. Dari hal diatas pembaca bisa menilai dengan sudut pandang masing-masing, namun bagi penulis paslon 02 lah yang mencerminkan politik grassroot atau politik masyarakat kalangan bawah, berikut alasannya.

Gaya Komunikasi Politik Ala "Pak De"

Harus diakui bersama, pada tempat lain, politik akar rumput bahkan kehilangan modal sosial yang menjadi alat perlawanan, yakni solidaritas sebagai satu kelompok yang selama ini rentan dibajak oleh kekuatan yang super besar.

Pada paslon 03 tidak ada hal yang mengejutkan bagi penulis jika dilihat dari segi komunikasinya, cara komunikasi poltik semacam ini pernah dilakukan oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan terbukti masih efektif hingga saat ini. Jokowi yang dikenal sebagai model komunikasi politik persuasif, nampak bahwa gaya komunikasi Presiden Jokowi lebih menggunakan persuasi kultural. Inilah modalitas komunikasi politik yang dimiliki oleh Presiden Jokowi yang menjadi identitas utama komunikasi politik, dan yang membedakan dengan sejumlah Presiden sebelumnya. Sebuah gaya komunikasi yang menggabungkan antara sosok Pelayan Public dengan latar kultural Jawa dan kalangan santri.

Tidak hanya itu, presiden jokowi juga menggunakan Gaya komunikasi politik berbasis Public Servant Leadership, diamana model komunikasi ini adalah sebuah ciri dari seorang yang besar dengan latar belakang pekerja bukan pemberi perintah layaknya latar sejumlah Presiden terdahulu.

Selain itu, pembawaan yang sederhana, tidak banyak bicara serta hanya tersenyum jika diintimidasi dan dimarjinalkan, ingatkan dengan sikap ketua umum partai banteng kepadanya, dan bagaiamana sikapnya?. Hal seperti itu sama dengan kalangan bawah yang terkesan hanya bisa menerima tanpa ada perlawanan karena kalah kuasa, namun bagaiamana dengan gerakan Underground atau bawah tanahnya, jelas tidak akan tinggal diam. Masyarakat yang awalnya baik-baik saja terpaksa marah dan geram dengan perilaku ketua umum partai banteng itu, sehingga apapun yang berhubungan dengan kesombongan, keangkuhan dan kemarahan semacam itu pasti dilawan.

Perlawanan kalangan bawah inilah yang dimanfaatkan oleh paslon 02, terlepas ada tau tidaknya campur tangan penguasa didalamnya. Seperti yang penulis jelaskan diatas tentang Imitation atau meniru dalam komunikasi, inilah hal dasar yang dilakukan oleh paslon 02, memposisikan diri mereka sebagai kalangan bawah dengan bersikap menerima segala serangan paslon lain yang seolah tanpa membalas, malah sebaliknya paslon 02 membuat gimik-gimik jenaka untuk mencairkan suasana, bahkan saat debat awal hingga akhir posisi 02 seakan-akan tidak banyak bicara walaupun data yang disampaikan menjurus pada kedua pasangan lawan.

Gemoy dan Makan Gratis saja mampu membuat paslon 02 melejit jauh dari lawannya, kenapa ? karena bahasa gemoy merupakan magnifestasi dari kalangan milenial dan makan gratis sebagai cerminan kalagan bawah, hal seperti ini sejatinya merupakan hal yang sensitif tapi kenapa efektif ? sebab kondisi seperti ini tidak banyak dipahami oleh masyarakat kita terutama masyarakat akar rumput. Sementara itu, politik akar rumput tidak mampu membaca hal ini sebagai satu praktik ekonomi-politik yang telah mencengkram kehidupan kita. Harus diakui bersama, pada tempat lain, politik akar rumput bahkan kehilangan modal sosial yang menjadi alat perlawanan, yakni solidaritas sebagai satu kelompok yang selama ini rentan dibajak oleh kekuatan yang super besar.

Hal tersebutlah yang menjadi sasaran strategi komunikasi politik paslon 02, Tidak hanya itu paslon 02 juga menggunakan komunikasi visual sebagai caranya menarik suara kalangan bawah dan mungkin juga kalangan atas. Penasaran tidak kenapa paslon 02 memilih warn biru mudah atau biru langit sebagai warna semua atribut kampanyenya ? berdasarkan teori semiotika atau ilmu tentang simbol dijelaskan jika warna biru dapat memilik arti kedalaman dan stabilitas atau ketenangan, Biru melambangkan kepercayaan, kesetiaan, kebijaksanaan. Lantas bagaimana dengan label Gemoy ? dalam ilmu Hermemeutika yang merupakan cabang filsafat yang memperlajari tentang interprestasi makna, Gemoy merupakan singkatan dari kata Gemas Asoy yang melambangkan perilaku dan sikap seseorang yang dinilai lucu, mengasyikan dan menggemaskan, apakah sesuai dengan perilaku paslon 02 ? jelas sesuai, ingat prabowo joget atau gestur gibran yang seolah-olah mencari sesuatu ternyata mencari jawaban Mahfud MD saat debat ? itulah Gemoy.

Hipotesa

Gaya komunikasi The Equalitarian Style Politic Communication atau gaya komunikasi dengan aspek penting berupa adanya landasan kesamaan.

Pemilihan komunikasi politik dalam berkampanye merupakan salah fakor penentu dalam mengumpulkan suara, termasuk juga pemahaman paslon tentang politik grassroot atau akar rumput. Sebab politik akar rumput merupakan gerakan masyakarat kalangan bawah yang merasa termajinalkan oleh kebijakan elit penguasa. Jika mampu menarik simpati dan empati kalangan ini sudah bisa dipastikan untuk melenggang diposisi pertama bukanlah hal yang sulit.

Politik akar rumput yang militan dan tidak gampang dirubah jika sudah sehati dengannya merupakan hal yang bagus untuk menjaga suara paslon, selain ketidakpahaman kalangan bawah tentang hal-hal rumit tentang kebijakan, yang penting senasib pasti dibela sampai selesai. Kondisi inilah yang saya amati, bahwa, politik akar rumput harus dibangkitkan kembali serta diorganisasikan agar mereka memahami bagaimana mereka menghadapi kekuatan dari aktor-aktor yang korup. Pada tingkat seperti ini, perlawanan harus terus digaungkan serta terus dikampanyekan, baik melalui media sosial, opini publik, dan bentuk perlawanan lain. Hal ini sangat penting untuk tetap memposisikan politik akar rumput sebagai satu kekuatan yang memiliki nilai tawar.

Gaya komunikasi politik ala Pak De atau presiden Joko Widodo yaitu Model Komunikasi politik persuasif dan Public Servant Leadership, terbukti masih efektif hingga pemilu 2024 ini. Kedua model itulah yang ditiru oleh paslon 02 tentunya setelah disesuaikan dengan kondisi masyarakat dewasa ini.

Masyarakat kalangan bawah cenderung memilih pemimpin bukan hanya sekedar permasalah ekonomi maupun kultur, sebab jika dihadapkan dengan sosok yang memiliki kesamaan pola perilaku dan sesuai minat kalangan bawah maka masalah ekonomi dan kultur menjadi tidak penting, yang terpentiing ada yang senasib dan dapat memperjuangkan mereka.

Pemilu 2024 mengajarkan 2 hal penting untuk penulis mungkin juga pembaca, pertama kekuatan politik akar rumput merupakan kekuatan yang bisa menjatuhkan keangkuha penguasa, jika sudah terorganisir dengan baik. Kedua, Ilmu Komunikasi kembali diwarnai dengan model atau gaya komunikasi yang menarik jika Jokowi dengan Public Servant Leadership, penulis berhipotesa jika paslon 02 menggunakan gaya komunikasi The Equalitarian Style Politic Communication atau gaya komunikasi dengan aspek penting berupa adanya landasan kesamaan.

*Wisnu Bangun Saputro, S. I.Kom

Jurnalis Jatimtimes.com, peminat komunikasi politik

Founder Kutipantau.com

0Komentar