Oleh: Abd. Rahman Saleh*
Rasionalitas memilih yakni memilih dengan akal sehat dalam naluri memilih yang murni dari alur fikir jernih.
Hari ini Rabu 14 Pebruari 2024 masyarakat akan memilih pemimpin masa depan Indonesia. Di bilik suaralah akan ditentukan nasib bangsa. Arah demokrasi yang selama ini dibangun dan dibentuk oleh bangsa dan negara telah cukup memberi referensi bagi para pemilih siapa yang akan dipilih nantinya. Pemilu yang pada dasarnya sebuah ajang untuk memilih pemimpin. Telah cukup ruang meraih pemimpin yang tangguh dan berkualitas dengan ajaran demokrasi yang terbangun oleh para pendiri bangsa yang tertuang didalam Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini tidak lain karena diadakannya pemilu untuk meraih demokrasi yang sehat dan memilih pemimpin yang amanah dan bertanggungjawab untuk membawa bangsa terbang tinggi berkemajuan. Apalagi Indonesia emas yang menjadi cita bangsa menjadi cita mulia untuk memilih dengan rasionalitas.
Memilih dalam pemilu dengan rasionalitas memilih yakni memilih dengan akal sehat dalam naluri memilih yang murni dari alur fikir jernih. Pemilih jernih dalam memilih yang melihat dan menakar kwalitas para calon yang akan dipilih. Entah itu akan memilih presiden dan wakil presiden, memilih DPR, DPR, DPR, DPRD kota dan kabupaten. Rasionalitas memilih selalu identik dengan kejujuran dalam memilih. Memilih dengan sikap jujur dilakukan dengan melihat prilaku calon, jejak calon semunya dilihat dan ditimang dengan akal sehat dalam memilih. Memilih tidak hanya melihat dari sisi tampilan calon tapi memilih harus dilihat dari apa yang melatar belakangi si calon untuk ikut dalam kontestasi pilihan. Pemilih disodori dengan beberapa calon yang diantar oleh partai politik sehingga para calon bisa mencalonkan diri. Kecuali pemilihan DPD yang mana diajukan secara personal.
Memilih dengan rasional tidak dibumbui dengan takaran sejumlah uang. Tapi dengan takaran seberapa besar calon mempunyai idelalisme dapat manah dalam memegang keterpilihannya nanti. Apakah hanya akan dijadikan ajang untuk mengelabuhi rakyat untuk dijadikan sebagai lat kuasa untuk mengeruk uang rakyat dan uang negara untuk dikorupsi. Pemegang jabatan politik selama ini selalu rentan dijadikan alat untuk melakukan tindakan korupsi. Banyak fakta kasus anggota DPRD yang melibatkan diri dan terlibat dalam pusaran korupsi. Bagaimnapun pusaran jabatan politik selalu ada ruang untuk melakukan sikap culas dengan korupsi.
Sadar demokrasi yang dibungkus dengan bingkai pemilu yakni memilih harus berdasarkan produk demokrasi.
Menimbang dengan rasional dan jujur dalam memilih menjadi roh dasar dalam memilih. Sebaran uang bagi calon yang akan dipilih menjadi fakta yang tidak terelakkan bertebaran ditengah-tengah masyarakat. Apakah cukup dengan hanya memberi uang lima puluh ribu rupiah atau seratus ribu rupiah untuk agar bisa terpilih. Maka rasional pemilih harus cerdas menyikapinya. Sadar demokrasi baik bagi calon maupun bagi pemilih menjadi kata kuncinya. Kenapa harus sadar dalam demokrasi. Sadar demokrasi yang dibungkus dengan bingkai pemilu yakni memilih harus berdasarkan produk demokrasi. Tidak ada uang yang mengalir bagi para pemilih dan tidak perlu ajakan yang berlebihan dan ada tekanan dan pemaksaan. Pemilu dengan paksaan dan tekanan politik akan menyebabkan keterpilihannya nanti akan tidak barokah karena sudah dilakukan dengan akar nilai yang tidak sehat ketika memilih. Yang dilihat hanya uangnya dan tidak melihat profil calonya , ini merupakan sikap kotor dalam memlih di negara demokrasi.
Memilihlah dengan kesadaran hati yang murni dari hati demokrasi. Hati demokrasi dibungkus dengan roh demokrasi dan jantung demokrasi yang berakar pada kerakyatan yang bebas dan rahasia. Jujur adil dalam memilih menjadi standar pemilihan umum yang sejati. Sikap penyelenggara pemilu yang saat ini dikotori dengan pelanggaran etik berat bagi sang ketua KPU menjadi catatan demokrasi yang telah tergores dengan tinta cacat etik. Hati-hatilah dalam memilih. Gunakan hak pilih dengan baik dan benar. Awasi para penyelenggara pemilu terutama KPU dan Bawaslu jangan sampai ada penggerogotan suara yang dialihkan kepada calon tertentu yang akan menimbulkan riak demokrasi.
Tinta pemilu ditahun 2024 tidak lepas dari banyak peristiwa culas yang telah mewarnai para pelaku kekuasaan. Skadal putusan Mahkamah Kostitusi dan skandal sanksi berat terakhir bagi ketua KPU menjadikan coretan hitam noda demokrasi. Jujurlah dalam memilih dengan rasionalitas dalam memilih sehingga akan dilahirkan pemimpin yang amanah dan manfaat bagi bangsa dan negara. Pergilah ketempat Pemungutan Suara dengan niat hati untuk memilih dengan rasionalitas dalam memlih yang dibayangi dengan nilai kejujuran dalam berdemokrasi. Bukan dibayangi dengan uang yang ada dipelupuk mata dalam memlih. Ukirlah sejarah pemilu dan demokrasi ditahun 2024 ini dengan tinta emas demokrasi dengan terciptanya pemilu yang memilih dengan rasional dan tanpa embel –embel apapun. Semunya untuk pemilu dan demokrasi. Jadikan pemilu sebagai hadiah besar untuk bangsa agar tatanan bangsa dipimpin oleh pemimpin yang selalu mengedepankan rakyat dan bangsa bukan mengedepankan kelompoknya. Selamat menikmati pemilu 2024 dengan tinta pilihan emas untuk demokrasi. Jagalah martabat bangsa demi kemajuan bangsa menuju Indonesia emas yang beradab.
*Abd. Rahman Saleh, Dosen Universitas Ibrahimy Sukorejo Situbondo
0Komentar